Senin, 26 September 2016

Jual ”Diri” di Dunia Cyber [1]


Indonesia baru dikelilingi oleh komunitas jejaring sosial dan jutaan pemuda GEN-C yang mengubah wajah dunia. (Prof.Rhenald Kasali,Ph.D).

Shinta-Jojo, Udin Sedunia, Ustd Maulana, mereka adalah contoh kecil orang yang sukses dengan bantuan dunia cyber. Melalui Youtube, mereka kini menjadi terkenal dan berhasil mengumpulkan pundi-pundi kekayaan karena sering tayang di sejumlah media.

Anda juga tentu ingat gerakan uang koin untuk Prita Mulyasari, seorang ibu yang harus berhadapan dengan Rumah Sakit Omni Internasional. Satu lagi contoh kasus dahsyatnya dunia cyber yaitu gerakan reformasi di Mesir yang diawali secara masif melalui jejaring sosial bernama facebook.

Inilah yang menurut Rhenal Kasali disebut generasi c (Gen-C). Ia lahir dengan memegang mouse di tangan kanannya. Suku mereka bukanlah Aceh, Manado, Jawa, Papua ataupun Ambon, melainkan mereka yang ditemui di dunia maya. Suku itu bisa game, science, facebook, twitter. (Cracking Zone, Rhenal Kasali). Bagi Anda yang sudah menjelajahi cyber dan aktif, tentu sudah menjadi Gen-C yang pasti memiliki kepentingan dan pengalaman sendiri.

Saya tidak akan membicarakan dunia cyber secara teknis atau programernya, tapi ingin fokus sesuai judul yang saya tulis yaitu menjual diri di dunia cyber.

Alasan yang paling kuat kenapa saya menulis tema ini, karena memiliki pengalaman pribadi dan membuat saya heran, penasaran dan sedikit kaget. Ceritanya begini, sebagai jurnalis tentu saya aktif di situs jejaring sosial. Bukan karena iseng-iseng atau gagah-gagahan, tapi bagi saya facebook bagian dari sarana yang mesti dimanfaatkan dengan optimal. Terserah, apakah untuk hiburan, lepas kangen dengan teman lama, bisnis ataupun pekerjaan. Bebas kok, karena karakter cyber menurutku yaitu dunia bebas tanpa batas.

Suatu ketika saya membutuhkan foto seseorang untuk dipasang dikoran. Nah, karena foto lama menurutku kurang bagus maka saya mengambil foto orang tersebut di facebooknya. Bukan tanpa sebab saya mengambil fotonya di facebook. Orang ini sudah saya anggap dekat dan sahabat akrab, sehingga saya memberanikan diri mengambil foto terbaiknya di facebook. Belakangan orang ini enggan dihubungi. Setiap di telepon tidak dijawab, di SMS pun tidak dibalas. Saya baru tahu alasannya setelah dia mengungkapkan kekecewaanya atas tindakan saya yang mengambil foto tanpa izin terlebih dahulu.


Oooh.... saya pun minta maaf tapi sepertinya orang ini terlanjur kecewa hingga kini enggan berteman dengan saya. Dalam batin saya bertanya sendiri, kalau kita sudah mengupload foto, dokumen pribadi ataupun tulisan ke dunia cyber berarti konsekuensinya kita harus siap ketika ada seseorang memanfaatkan itu semua untuk kepentingan. ”Ini kan dunia maya, semua orang bebas mengakses dan mengupload. Kalau tidak ingin diunduh yang bikin kunci di facebooknya atau mengasingkan diri sekalian di dunia maya.
Tapi sudah semua telah terjadi dan jadi pengalaman berharaga untuku,” gumam saya dalam hati.

Satu lagi cerita masih berkaitan dengan dunia cyber. Suatu pagi saya dikagetkan dengan isi pesan di inbox facebook dari seorang wanita. Isinya, wanita ini minta pertanggungjawaban atas perbuatan dari seseorang kawan saya bekerja di salah satu instansi pemerintah. Wanita ini pun menceritakan hubungannya dengan kawan saya yang aktif di salah satu partai politik. Jujur saya bingung dan tegang karena ini bukan curhatan biasa, tapi serius banget dan sempat membuat sport jantung saya.

Beberapa hari setelah itu, saya pun coba mengkonfirmasi ke kawan saya melalui facebook. Nah, pengakuan kawan saya itu laptopnya hilang dan ada wanita yang memanfaatkan dengan mengaku telah dinodai. ”Kebetulan saat itu facebook saya masih aktif. Nah, nama-nama pertemanan saya dimanfaatkan sama wanita ini,” kata kawan saya melalui facebook. Benar atau tidak, saya tidak mau cari tahu karena ini menyangkut urusan rumah tangga seseorang.

Dua kisah yang pernah saya alami itu, pasti masih kalah serunya dengan pengalaman Anda?. Apapun kisah Anda di dunia cyber merupakan warna dan membutuhkan kedewasaan dan kesadaran kita dalam memanfaatkan dunia cyber. Andaikan mau menjual ”diri” di dunia maya maka mesti hati-hati. Sekali anda jual ”diri” Anda maka semua orang bisa mengakses dokumen anda, kecuali ada kunci khusus yang tidak semua orang bisa buka.

Dampak negatif atau positif nanti tergantung beberapa variabel. Banyak orang sukses dan tenar hanya gara-gara dunia cyber, karena dunia cyber hanyalah sarana tergantung mau diapakan sarana tersebut. Apakah untuk menjual ”diri”, promosi bisnis, menambah wawasan dan ilmu atau menghancurkan generasi dengan mengupload gambar dan foto tidak senonoh, semua terserah keinginan Anda.

Tapi ingat semua memiliki konsekuensi masing-masing. Anda mengupload yang melanggar aturan maka hukum siap menanti. Bagi Anda yang mengupload promosi maka kesuksesan telah menanti. Di ujung tulisan ini saya ingin mengutip nasehat Rhenald Kasali. Dosen Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini mengatakan, orang bodoh sering beranggapan musuh terbesarnya berada di luar sehingga sering mereka membangun benteng tinggi untuk menghalau. Padahal sebaliknya musuh yang sesungguhnya ada di diri sendiri.

---------------------------------------
Penulis: Karnoto
CEO Maharti Group

Unknown

Networking MAHARTIBRAND

MahartiBrand adalah jaringan dari Banten Family yang bergerak dibidang konsultan branding dan komunikasi pemasaran periklanan.

0 komentar:

Posting Komentar

CLIENT