Rabu, 26 Oktober 2016

Antara Salam Dua Jari dan Satu Angka Pasti

Brand Cemerlang itu mengerti keinginan audience utamanya.
--Amalia E. Maulana--

Beberapa hari lalu dua pasangan calon Gubernur Banten telah mengambil nomor urut, hasilnya pasangan Wahidin Halim-Andika Hazrumy mendapatkan nomor satu sedangkan Rano Karno-Embay Mulya Syarief mendapatkan nomor urut dua. Usai pengambilan nomor, masing-masing calon plus pendukungnya ramai-ramai upload nomor urut yang diperoleh tersebut. RK-Embay mendapatkan nomor urut dua langsung mengadopsi "Salam Dua Jari". 

Salam ini pernah popular saat dipakai Jokowi-JK ketika kampanye dua tahun lalu pada Pilpres 2014. Sementara itu, WH-Andika pun tidak mau ketinggalan dengan lawannya, mereka pun mengkonfirmasikan kepada khalayak bahwa angka satu sebagai simbol kepastian. Teori Marketing Communication Advertising, yang sebelumnya hanya dipakai untuk produk-produk komersial kini menjadi trend.

Trend Marcomm Advertising ini dipouplarkan ketika Barack Obama mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat beberapa tahun silam. Lalu mulai diadopsi pada Piplres ketika SBY maju sebagai calon Presiden RI ketika itu.  Sejak saat itu, teori perihal personal branding, tagline menjadi begitu popular dijagad politik tanah air.

Pada periode pertama, Obama memakai tagline Change, We Can, lalu pada pencalonan  kali keduanya ia ubah menjadi Foward atau dalam bahasa kita Lanjutkan, tagline ini pula yang kemudian dicontek habis oleh SBY pada Pilpres periode kedua saat ia mencalonkan diri. Dan sampai sekarang gaung Personal Branding masih menjadi perhitungan para kandidat. Kembali ke Pilkada Banten, suhu Pilkada di Banten yang akan dilakukan pencoblosannya pada Februari 2017 mendatang memang tidak sepanas Pilkada DKI.

Pilkada DKI tidak cuma panas, tapi juga mengaduk-aduk perasaan, emosi masyarakat DKI, khususnya pasca petahana Basuki Cahaya Purnama atau Ahok Zhong Wanxue (nama Tionghoa Ahok) melemparkan bola panas perihal Surat Al Maidah:51. Sampai-sampai Din Samsudin mengatakan bahwa Pilkada DKI kali ini cukup ekstrim.

Sementara di Pilkada di Banten relatif damai, meski tetap ada riak-riak tetapi tidak sepanas di DKI. Padahal Pilkada kali ini Head to Head, dan biasanya kalau Head to Head suasananya cukup panas, karena masyarakat dihadapkan pada dua pilihan secara jelas. Artinya kalau tidak memiliki WH-Andika, berarti pilih RK-Embay. Hawa panasnya masih kalah ketka Ratu Atut Chosiyah melawan Zulkieflimansyah-Marisahaque.

Saya tidak akan membahas suasana Pilkadanya, tetapi ingin share perihal nomor urut dua pasangan ini. WH-Andika merasa diuntungkan dengan nomor urut satu, selain dinilai angka kepastian, angka satu juga dinilai memudahkan pemilih. Sementara itu, RK-Embay juga merasa diuntungkan dengan nomor urut dua karena tidak perlu repot-repot memikirkan cara mengkampanyekan.

Berapapun nomor urut mereka, peran tim sukses menjadi urgen dan kreativitasnya menjadi pertaruhan. Sebab dari sisi kekuatan keduanya sama-sama memiliki peluang menang. Pertanyaanya, apakah  RK-Embay dengan salam dua jarinya mampu mensukseskan mereka atau gagal, Sebab menjiplak stylish kampanye tidak selalu sukses, seperti yang pernah dialami Rieke Dyah Pitaloka saat mengadopsi kemeja kotak-kotak pada Pilkada Jawa Barat. Rieke yang berpasangan dengan Teten Masduki KO dengan Ahmad Heryawan-Dedy Mizar dengan simbol kancing merah di dada.

Mungkin karena alasan ini pula RK tidak menggunakan kemeja kotak-kotak, Entahlah, karena masalah itu belum ada yang menanyakan dan RK sendiri belum menyampaikan perihal itu. Pengalaman pahit Rieke di Jawa Barat sepertinya membuat RK berpikir ulang menggunakan kemeja kotak-kotak. Apalagi waktunya sudah terpaut cukup lama, sementara Rieke yang ketika itu masih anget-angetnya saja kalah dengan kancing merah milik Heryawan.

Meski tidak atau belum menjiplak kemeja kotak-kotak, pada akhirnya RK tetap menjiplak campaign Jokowi dengan Salam Dua Jari. Nomor urut ini memang bukan dari personal branding mereka, tapi tetap menjadi bagian aktivity branding. Angka tersebut hanya perihal artikulasi agar mudah cerna masyarakat.

Sementara itu, WH-Andika sepertinya tidak menghiraukan soal angka, maka mereka pun tidak memiliki artikulasi khusus tentang angka satu, Pasangan ini hanya mengatakan bahwa angka satu adalah angka kepastian, mereka lebih fokus terjun dari satu kampung ke kampung lain. Maklum, WH adalah calon gubernur yang sudah puluhan tahun mengenal perilaku pemilih. Sebab dia memulai karir dari lurah, sehingga paham betul psikografis pemilih di Banten, khususnya Tangerang.

Siapa diantara dua pasangan ini yang terpilih, kita sama-sama menunggu hasil pemilihan. Waktu masih lumayan panjang, strategi pun masih punya ruang untuk diadu. Keterlibatan Tim Sukses dalam mensukseskan calon mereka menjadi pembuktikan siapa diantara mereka yang memiliki strategi paling jitu meyakinkan pemilih, Dan yang pasti kemenangan calon bukan hanya pada urusan angka, tapi banyak variabel yang menentukan, diantaranya sejauhmana kemampuan tim sukses mengkonfirmasi Personal Branding para calon kepada pemilih. Personal Branding ini yang  menjadi acuan komunikasi politik mereka, iklan mereka, konten mereka dan stylish mereka. Selamat Memilih!

Penulis:
KARNOTO
Konsultan Brand di Maharti
www.mahartibrand.com


Unknown

Networking MAHARTIBRAND

MahartiBrand adalah jaringan dari Banten Family yang bergerak dibidang konsultan branding dan komunikasi pemasaran periklanan.

0 komentar:

Posting Komentar

CLIENT