Rabu, 16 November 2016

Dibalik Kemenangan Donald Trump

 Dunia terbelalak atas kemenangan Trump. Ekspetasi publik, mulai dari media, pengamat, bahkan dunia yang mengatakan Hillary lah yang akan menang. Tapi ternyata rontok semua, seperti petir di siang bolong. Bagaimana mungkin sosok yang terbukti tidak membayar pajak bertahun- tahun, bengis terhadap kaum wanita, anti imigran padahal Amerika adalah negara Imigran, ternyata menang dan kemenanganya mutlak, bukan tipis lagi.

Sebagai orang yang belajar komunikasi pemasaran, maka saya menelisik dari sisi ini. Pertama kali yang saya uber adalah konsep Komunikasi Pemasaran Trump yang tersirat dalam taglinenya. Saya meyakini, tagline menjadi ruh seorang calon untuk mengkomunikasikan kepada pemilih, menjawab perasaan pemilih.

Dari Tagline inilah semua komunikasi mengacu. Baik komunikasi via advertising, konten kampanye, maupun public relationsnya. Lalu apa Tagline Trump yang mampu membisukkan dunia?. "Make America Great Again" atau dalam bahasa Indonesia "Membuat Amerika Besar Kembali". Itulah ruh kampanye Trump yang dikonfirmasikan kepada pemilih.

Jangan menganggap remeh tagline. Dulu, Obama mampu "menghipnotis" dunia khususnya warga AS dengan tagline " Change, We Can" lalu pada pemilihan kedua dia maju lagi dengan tagline "Forward" dalam bahasa Indonesia sama dengan "Lanjutkan". Tagline ini pula yang kemudian dicontek habis oleh SBY dan terbukti sukses. Kembali ke tagline Trump "Make Amerika Great Again".

Dua periode Obama menjadi presiden dirasakan sebagian warga Amerika, terutama keturunan kulit putih tidak ada perubahan sebagaimana yang dijanjikan. Ekonomi rapuh, pengangguran naik, kebakaran merajalela, dan paling berharga bagi warga AS adalah Amerika tidak lagi menjadi negara yang ditakuti dunia seperti yang sebelumnya pernah diraih. Padahal ini menyangkut emosi warga AS.

Trump mampu menjangkau perasaan warga Amerika Serikat, yang menginginkan Amerika menjadi polisi dunia, negara adidaya, negara yang ditakuti oleh dunia sebagaimana pernah diraih sebelum Obama.

Maka Trump maju dengan membawa semangat mengembalikan kebesaran Amerika yang diracik dalam sebuah kata tagline "Make America Great Again". Hasilnya sungguh menakjubkan, Trump dinilai calon paling mengerti perasaan warga Amerika Serikat, yang menginginkan Amerika Besar Kembali. Media dan pengamat ternyata kalah cerdik mengamati perasaan warga Amerika Serikat. Dalam konteks Indonesia, hampir mirip dengan Jokowi di Indonesia.

Dengan tagline "Jokowi Adalah Kita" Jokowi mampu menemukan perasaan warga Indonesia ketika pemilihan, yang menginginkan seorang presiden sederhana, ndeso, bukan perawakan yang ganteng atau tegas. Fenomena Trump pasti akan diadopsi pada Pemilu 2019, bahkan boleh jadi Pilkada. Siapakah yang mampu memahami perasaan warganya, lalu meraciknya dalam konsep Marketing Communication Integreated dan menterjemahkan dengan kata singkat lalu mampu melakukan activity branding yang optimal maka dialah yang akan menang.


Penulis,
Karnoto

Unknown

Networking MAHARTIBRAND

MahartiBrand adalah jaringan dari Banten Family yang bergerak dibidang konsultan branding dan komunikasi pemasaran periklanan.

0 komentar:

Posting Komentar

CLIENT