Salah Pasar

Salah Pasar
Meriset pasar itu butuh ilmu, bukan sekadar insting atau pakai perasaan saja. Inilah mengapa teori itu penting, karena teori itu adalah hasil dari pengamatan fenomena-fenomena sosial yang terjadi.

Iklan dan Politik

Iklan dan Politik
klan politik di Indonesia relatif bersih karena tidak menyerang lawan seara pribadi. Berbeda dengan Amerika Serikat, dimana segala cara dilakukan termasuk mengungkit urusan pribadi lawan

Belajar Dari Kemenangan Airin

Belajar Dari Kemenangan Airin
apa yang menyebabkan Airin masih unggul di tengah kondisi seperti itu? Jawabannya adalah personal branding Airin. Airin didesain sebagai wanita dari keturunan baik-baik, Airin adalah korban

Iklan Kontroversial, Efektifkah?

Iklan Kontroversial, Efektifkah?
faktanya para pengiklan kontroversi meraup keuntungan karena menjadi dikenal luas masyarakat bahkan beberapa kasus mampu menarik pasar menjadi pembeli.

UPDATE NEWS

Senin, 05 Desember 2016

Ridwan Kamil dan Hijab of The Day

Unknown
Aksi Walikota Bandung, Ridwan Kamil, memang selalu mengundang perhatian publik. Mungkin karena sarat dengan humanisme sehingga masyarakat menyukai. Beberapa waktu lalu, aksi Ridwan Kamil mensetop pengendara motor yang melanggar rambu-rambu lalu lintas dan menyuruhnya push up. Dan kali ini ia mendatangi warga (perempuan) yang sedang bertengkar.

Arsitektur alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mendamaikan keduanya. Namun bukan itu yang membuat twits Ridwan Kamil mendapatkan likes dari penggemarnya, tetapi kalimat Hijab of The Day. Memang dalam gambar yang ia upload terdapat seorang wanita menggunakan hijab handuk yang kemudian diistilahkan oleh Ridwan Hijab of The Day. Ha ha ha ha.

Sejumlah netizen pun berkelakar dengan humanis juga. "Model Hijab 2017 nih," kata salah seorang netizen. Dan luar biasanya, status Ridwan Kamil dishare hingga 1.535 kali (catatan Senin,5/12/2016) sekira pukul 17.00 WIB. Sementara yang berkomentar ada 38 ribu orang, luar biasa!. Kini Hijab ot The Day menjadi pembicaraan netizen, khususnya para muslimah.

Selain istilah baru itu, aksi selfie dengan warga juga menjadi perhatian netizen. Apalagi yang selfie adalah wanita yang sebelumnya sempat bersitegang dengan wanita lainnya. Lagi blusukan mengecek distribusi gas 3 kg sambil menengahi emak-emak yang berantem, tiba-tiba ada seorang ibu berlari ke luar dari rumah dengan gaya 'Hijab of the Day' nya. Dan konsentrasi pun langsung buyar. Perseteruan saya selesaikan dengan selfie bersama. Damai lah dunia. Itulah status Ridwan Kamil yang disertai foto-fotonya.

Minggu, 04 Desember 2016

Fenomena Middle Class Muslim Indonesia [Bagian 3-HABIS]

Unknown
Adu Strategi dan Perang Opini

Semua orang berkata menang di medan tempur itu baik,
padahal tidak. Jenderal yang memenangkan setiap pertempuran
bukanlah jagoan sejati. 

Membuat musuh kalah tanpa bertempur
itulah kuncinya. Lebih baiklah menjaga keutuhan negeri
daripada menghancurkannya. 

Mengalahkan lawan tanpa bertempur
Itulah puncak kemahiran. 

Mengalahkan lawan tanpa bertempur Itulah puncak kemahiran.
--- Sun Tzu ---

Oleh: Karnoto

Pertempuran yang paling melelahan sesungguhnya adalah pertempuran opini. Sebab kita harus memfungsikan seluruh sel otak, urat syarat, ketenangan jiwa termasuk nutrisi gizi agar selalu berfikir jernih.Sebab pertempuran opini lebih samar dan halus, kemampuan meracik kata per kata menjadi kalimat yang bermakna menjadi kunci utama dalam memenangkan pertempuran opini. Tidak gampang memang, tetapi juga bukan perkara yang sulit, apalagi bagi kelas menengah muslim yang bertahun-tahun “dipaksa” membaca buku, baik buku teks maupun konteks.

Kalau saya tidak salah dalam sejarah Nabi Muhammad SAW, perang opini sering terjadi dan inilah hebatnya Nabi yang mampu menangkap sesuatu yang orang lain tidak tahu. Kalau dalam bahasa sekarang menangkap “Berita di Balik Berita”. Terkadang kita tertipun dengan opini yang seakan-akan menguntungkan umat muslim padahal ada “Mirong di Balik Gorengan”.
Masih ingat Majalah Obor?. Majalah ini begitu terkenal ketika masa Pilpres tiga tahun lalu. Isinya hujatan, cacian dan demarketisasi Jokowi. Majalah itu masuk ke pesantren-pesantren, majelis taklim dan warung kopi. Ketenarannya mengalahkan media cetak yang sudah puluhan tahun berdiri. Ketika itu, pendukung Prabowo begitu semangat 45 untuk menyebarkan majalah yang isinya penghakiman pada Jokowi. Lalu apa yang terjadi? Jokowi menang atas Prabowo.

Apa yang terjadi sekarang, Velix Vernando Wanggai menjadi Komisaris PT Aneka Tambang Tbk, sebuah BUMN yang sekarang presidennya adalah Jokowi. Mungkin ada faktor lain, tapi dalam konteks opini kita “terjebak” padahal kita begitu paham bahwa masyarakat Indonesia itu gampang “memelas”, mereka cepat menaruh simpati kepada orang yang dicaci. Tidak heran sebagian orang rela menjadi objek untuk dikesankan dizalimi agar ada simpati.

Inilah yang sedang dimainkan Ahok oleh para buzzernya. Beruntung Aksi Super Damai Jilid 3 kemarin kita berlangsung apik dan mengundang simpatik banyak orang. Oh ya lupa, saya mau cerita perang opini pada salah satu pertempuran yang pernah dilakukan oleh pasukan umat muslim bersama Nabi Muhammad SAW. Ketika itu, posisi umat muslim sedang sumringah karena jumlahnya banyak, tapi karena terlena akhirnya dalam peperangan justru terdesak.

Musuh pasukan muslim mengerti betul psikologi umat muslim, bahwa mengalahkan perang secara terbuka mustahil maka harus ada strategi jitu yang halus. Perang opini, itulah strategi musuh yang nyaris sukses jika tidak ada pertolongan Allah SWT. Saat perang dan pasukan umat muslim terdesak, musuh Islam membuat opini bahwa Rasululah telah meninggal di tangan pedang orang kafir.
Kabar ini berhembus ke pasukan muslim dan sempat melumpuhkan semangat pasukan muslim. “Rasulullah masih hidup, Rasulullah masih hidup,” teriak sahabat Nabi dengan semangat sembari memperlihatkan posisi Rasulullah. Seketika itu pula semangat pasukan muslim bergelora kembali dan berhasil memenangkan pertempuran.

Itulah yang saya katakan dari awal bahwa pertempuran opini jauh lebih melelahkan, repot dan butuh kecerdikan khusus. Sebab perang opini tidak terlihat seperti perang fisik. Pertempuran terkadang dilakukan jarak jauh dan hanya bermodalkan deretan kata dan kalimat yang dikirim secara berantai. Bagi kita, umat muslim sebetulnya Nabi sudah mengajarkan cara mengalahkan pertempuran. Rentetan peristiwa Rasulullah dalam berbagai pertempuran sesungguhnya mengajarkan kita agar selalu menang.
Bahkan Rasulullah mengajarkan kita bagaimana cara memenangkan pertempuran tanpa harus bertempur.

Jika kita baca Sirah Nabawiyah, kita akan menemukan kisah bagaimana Rasulullah menaklukan musuh tanpa harus bertempur. Ingat kisah Futtuh Makkah?. Dalam sirah, sebelum Rasulullah tiba di Mekkah, sejumlah sahabat dikirim untuk menyampaikan opini bahwa Rasulullah datang bersama pasukannya yang jumlahnya cukup banyak. Informasi itu sampai kepada musuh dan orang-orang kafir yang di Mekkah. Mereka pun ciut nyalinya, sebagian bersembunyi dan berlari. Dari sini Rasulullah sesungguhnya telah memenangkan pertempuran, tanpa harus perang. Saat pasukannya mendekat suara langkah kaki sengaja dihentakan sehingga suaranya semakin menggetarkan, gema salawat dan takbir diteriakan dengan lantang agar orang-orang di Mekkah tahu bahwa memang benar pasukan Rasulullah SAW begitu banyak. Dan Futtuh Mekkah pun diraih, tanpa harus perang. Inilah revolusi damai sepanjang sejarah yang terjadi di dunia. Tanpa pertumpahan darah.

Dalam kisah lain, Rasulullah juga melakukan perang opini dengan orang-orang kafir. Persisnya saat melakukan Shalat Idul Fitri di Mekkah. Ketika itu, Rasulullah memerintahkan umat muslim untuk dating ke lapangan menggunakan jalur A dan pulangnya ke jalur B. Ini dimaksudkan untuk membuat opini bahwa jumlah umat muslim memang besar.
Perangn opini memang strategi psikis terhadap musuh. Dulu, sejumlah raja membuat sungai kecil dan diisi buaya-buaya, benteng tinggi dan pasukan yang menyeramkan. Maksdunya adalah untuk membuat opini bahwa kerjaaan tersebut memang kuat dan menakutkan. Biasanya dibuat pada jalur menuju ke ruang utama raja sehingga ketika seseorang mau menghadap sang raja psikisnya sudah melemah.

Konteks Kekinian
Beberapa tahun terakhir, kita memang menghadapi perang opini yang begitu dahsyat melalui media mainstream dan sosial media. Pada pertempuran media mainstream jelas umat muslim kalah telak karena tidak memiliki media sendiri. Namun beruntung, sebagian umat muslim telah beranjak naik ekonominya menjadi kelas menengah sehingga mau berfikir. Paling tidak untuk survive menghadapi perang opini. Dan social media adalah pilihannya. Pilihan ini masuk akal, rasional dan terbukti sedikit demi sedikit bisa menghalau opini public terhadap umat muslim.

Aksi Damai 411 dan 212 tahun 2016 menjadi laboratorum sekaligus uji kemampuan kelas menengah muslim dalam duet melalui opini. Pada aksi 411, umat muslim diserang dengan objek perusakan taman dan ricuh, tapi bersyukur karena pada aksi 212 umat muslim berhasil membalasnya dengan menang telak. Aksi simpati tanpa kerusakan taman dan damai diviralkan dengan massif sehingga muncul simpatik dari public.

Bahkan persiapan “perang” opini menghadapi aksi tandingan 412 pun sudah dilakukan melalui social media, seperti himbauan untuk tidak memposting atau komentar aksi 412 karena itu dikhawatirkan akan menjadi trending topic, mengalahkan aksi 212. Keberhasilan panitia menghadirkan Jokowi dalam Aksi Super Damai Jilid 3 juga menjadi entry point. Paling tidak ini memberikan singal bahwa posisi Ahok memang sedang terjepit.

Saya memprediksikan “perang” opini akan semakin memanas seiring dengan dinamika politik yang terjadi sekarang. Bukan saja ditingkat tanah air, tetapi tingkat dunia yang memang sedang bergejolak. Semoga umat muslim semakin cerdas dan mampu menguasai medan pertempuran “perang” opini. Foto dan rangkaian kalimat menjadi sebuah tulisan adalah keniscayaan. Kita harus mampu meracik ide dan gagasan dengan bahasa yang membumi sehingga seprihan hikmah bisa kita kemas dalam bahasa kaum kita.

Butuh keterampilan memang, butuh ketalatenan dan butuh keseriusan. Namun percayalah, “perang” opini ini akan menjadi penentu kemenangan kita. Berapapun jumlah masa kita, sebagus apapun aksi kita, tanpa opini yang terampil maka akan menjadi senjata makan tuan. Wallahu’alam.

*Penulis adalah Alumni KAMMI Banten, Owner Maharti Brand

Fenomena Middle Class Muslim [Bagian 2]

Unknown

Restore The Greatness of Islam and Indonesia

Benturan peradaban dan ideologi akan terjadi, itulah prediksi Huntington beberapa tahun silam. Dan kini sedang terjadi, dimana posisi kita?.

Oleh: Karnoto

Jika Donal Trump mampu mengoyak benteng pertahanan Hillary Clinton dengan taglinenya “Make Amerika Great Again” maka umat Islam seharusnya lebih heroik daripada Trump. Saya tidak tahu, apakah Trum telah membaca ghiroh umat muslim terlebih dahulu sebelum mengeluarkan tagline tersebut. Sebab gaung umat muslim yang ingin mengembalikan kebesaran Islam begitu nyaring terdengar sejak beberapa tahun lalu. Dan gaung ini diperjelas oleh Turki dengan agenda besar di 2023, dimana tahun tersebut akan dijadikan titik awal mengembalikan kejayaan Kesultanan Utsnami.

Gejala ini bak virus yang menjalar keseluruh bagian tubuh dan salah satunya adalah umat muslim di Indonesia. Sejumlah aktivis pergerakan, ulama dan tokoh muslim begitu gencar memberikan pesan reminder perihal pahlawan kemerdekaan bangsa, yang faktanya memang adalah tokoh muslim. Mereka diantaranya Pangeran Diponegoro, Cut Nya Dien, Tuanku Imam Bonjol, Muhammad Hatta, Budi Utomo, Jenderal Sudirman dan deretan tokoh muslim yang jadi pahlawan.

Mereka adalah muslim dari kalangan kelas menengah ke atas, karena memang kelas menengahlah yang mampu melakukan perubahan, sebagaimana saya tulis pada bagian pertama. Sebelum ada peristiwa Aksi Super Damai Jilid 3 sebagian masih menoleh karena tidak yakin atau meyangsikan, mengingat perseteruan antar umat dilevel menengah masih cukup tajam.

Namun pasca Aksi Super Damai Jilid 3, keraguan itu mulai memudar dan yang ada keyakinan. Yah, keyakinan bahwa peradaban Islam akan kembali bisa direbut dan mewarnai dunia, khususnya Indonesia. Bagi orang-orang Anti Islam atau orang-orang yang terkena “sihir” para phobia Islam mengaku cemas. Mereka khawatir Indonesia akan berganti menjadi negara Islam, hukum potong tangan, rajam dan ketakutan-ketakutan lainnya membayang-bayangi mereka.

Aksi Super Damai Jilid 3 ternyata menyapu bersih ketakutan mereka semacam itu. Aksi dengan jutaan orang tetapi damai menjadi entry point bagi umat Islam. Bukan hanya dari sisi imaje building, namun juga meredam dan meredupkan rasa was-was umat lain. Beberapa umat dari Agama lain yang hadir langsung merasakan itu dan mereka pun berani memberikan jaminan bahwa umat muslim Indonesia tidak menyeramkan sebagaimana yang digambarkan oleh orang-orang yang benci dengan Islam selama ini.
Aksi Super Damai Jilid 3 menjadi ilustrasi bahwa seperti itulah nanti ketika peradaban Islam memimpin.

Tak ada taman rusak, tak ada kerusuhan, saling menghargai, saling memberi dan ikatan persaudaraan muslim yang begitu kokoh, tak peduli darimana asalnya. Bagaimana para ulama menyambut rombongan Ciamis, Jawa Barat, yang berjalan kaki disambut dengan begitu hangat. Rombongan Ciamis diberikan tempat khusus karena umat muslim lain tahu betapa gigihnya perjuangan mereka untuk sampai ke Jakarta.

Itulah sesungguhnya kebesaran Islam yang pernah dinikmati masyarakat dunia ketika Nabi Muhammad, khalifah hingga Utsmani. Dan kita sebagai generasi kelas menengah muslim harus memiliki tekad untuk mengembalikan kebesaran Islam. Bagi umat lain, Anda tidak perlu khawatir karena Islam akan menjadi Rahmatan Lil Alamin, rahmat bagi semua. Anda juga tidak perlu meninggalkan Indonesia ketika muslim berkuasa, duduklah dan bekerjalah sebagaimana biasanya.

Generasi kelas menengah muslim sekarang sudah memiliki kesadaran kolektif. Kalau seorang Donald Trum saja memiliki tekad mengembalikan kebesaran Amerika, mengapa umat muslim tidak!. Generasi kelas menengah muslim tak hanya ingin mengembalikan kejayaan Islam, namun juga ingin mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai Negara yang patut jadi contoh tentang Bhineka Tunggal Ika, tentang harmonisasi hidup antar umat beragama dan contoh tentang arti demokrasi yang sesungguhnya.

*Penulis adalah Owner Maharti Brand - www.mahartibrand.com




CLIENT

Our Team

  • RINDASECRETARY
  • APRIYANTIMARKETING COMMUNICATION
  • MURNIAWATIBagian Keuangan
  • KARNOTOCEO MAHARTI
  • M.ILHAMPROGRAM MANAGER
  • BOBBY HIDAYATBAGIAN EVENT